Kamis, 16 Juli 2020

Penjual Sayur Yang Memilih Jadi Kupu-kupu

Kira-kira, bagaimana kalau saya menjadi kupu-kupu saja?

Menjadi kupu-kupu yang bebas terbang. Melihatmu. Menengokmu. Menjengukmu. Menyapamu, walaupun tidak dengan sapaan mesra. Saya datang ke halaman rumahmu. Terbang kesana kemari, melompat dari ranting-ranting bunga ke ranting-ranting bunga yang lainnya di taman rumahmu. Hanya kadang-kadang saya akan lebih banyak hinggap di bunga Kamboja tua yang rimbun di samping rumahmu. Yang ranting-rantingnya menjulur ke depan jendela kamarmu. Akan ada satu-dua-tiga kupu-kupu yang datang menemaniku dan kau tidak tahu kupu-kupu mana yang lebih sering datang ke hadapan kamarmu. 

Akan ada suatu hari yang tidak akan pernah kau perkirakan, ketika saya datang ke hadapanmu. Jika tak bisa memasuki kamarmu maka saya akan terbang kesana kemari mengitari jendela sambil bernyanyi lembut, dengan lirik lagu paling dahsyat yang bisa membuatmu jatuh cinta. Tapi kau tidak bisa mendengarkan suaraku. Dan itu jauh lebih baik. Karena itulah aku lebih memilih menjadi kupu-kupu ketimbang menjadi burung gereja yang suaranya dapat kau dengarkan. Di sudut kamar berwarna merah mudamu kau menikmati mimpi-mimpimu, menatap langit-langit kamarmu sambil memikirkan sesuatu yang entah apa yang bisa membuatmu tersenyum sangat manis saat itu.

Baiklah, tanpa perlu menunggu kesepakatanmu maka sekarang saya telah benar-benar menjadi kupu-kupu putih dengan bintik-bintik kuning di sayapku. Seekor kupu-kupu dengan perpaduan warna yang satu kalipun tidak pernah kau lihat sepanjang hidupmu. Pertama kali saya datang sebagai seekor kupu-kupu kau sedang duduk menghadap keluar jendela, menatap langit nan luas, menatap sawah-sawah hijau yang membentang jauh di hadapanmu. Kau memilih menikmati pemandangan-pmandangan itu sambil memikirkan sesuatu yang entah itu apa. Padahal saat itu saya sudah terbang kesana kemari, melompat dari pucuk ke pucuk, mencari-cari perhatian tapi kau tak bergeming, kau tidak bisa diganggu. Khayalanmu lebih penting dari seekor kupu-kupu yang baru saja datang. 

Aku hinggap di pucuk bunga Kamboja di samping kamarmu. Berdiam diri. Menatapmu lirih, menunggu waktu yang tepat untuk menyapamu, sehingga kau meyadari kehadiranku. Tiba-tiba rambutmu tersapu sepoi, saat itu kau nampak sangat seksi. Saya sepertinya ingin melompat ke atas kepalamu, menjadi mahkota untukmu, sampai kau nampak seperti seorang putri. Tapi saya fikir itu keputusan yang tidak tepat, maka aku lebih memilih diam di tempatku. Memilih untuk tidak merusak suasana. Memilih untuk memandangi seorang gadis yang meskipun tidak mengenakan mahkota sudah terlihat sangat cantik. 

Sebetulnya, saya sudah lama tahu dengan kegemaranmu merawat bunga-bunga sejak saya seringkali lewat di depan rumahmu sebagai tukang sayuran. Setiap pagi kau menyirami bunga-bunga di halaman rumahmu tapi saya tidak pernah dengan sengaja berteriak agar kau tidak menyadariku. Kau pun tidak perlu membeli jualanku, saya lebih memilih mendekatimu sebagai seekor kupu-kupu agar saya lebih lama memandangimu dari jarak yang paling dekat. Dari sudut yang paling nyaman menikmati senyumanmu. Saya kan melompat ke pucuk anggrek Cathaleya favoritmu, lalu kau melihatku dan akan mejulurkan tanganmu kepadaku, berharap saya akan tengger diatas jemarimu. Saya sadar bahwa kesempatan itu tidak akan pernah saya dapatkan jika menjadi seorang manusia.

Kita bertemu lagi pada sore harinya. Kau duduk di teras rumah melukis sketsa taman yang paling indah di dalam kepalamu. Memadukannya dengan keadaan bunga-bunga di halaman rumahmu. Kau akan lebih bersamangat jika salah satu kelopak dari bunga-bunga milikmu telah mekar. Di sanalah kesempatanku beraksi, berusaha hadir sebagai seekor kupu-kupu yang mampu menghidupkan lukisanmu. Saya akan berpose dengan gaya yang paling keren, dengan model yang paling atraktif, atau akan mengambil posisi sudut yang paling tepat di dalamnya. Ketika kau menemukan sesuatu yang sulit untuk kau lukiskan, kau akan mengerutkan keningmu yang lebar itu. Dan ketika kau puas dengan lukisanmu, kau akan tersenyum. 

Andai saja tiba-tiba kau tahu bahwa itu saya, bisa saja aku akan mati kutu kehilangan gaya saat itu juga, meski aku sendiri belum tahu bagaimana gaya terburuk dari seekor kupu-kupu yang sedang mati kutu. Yang kutahu, seekor kupu-kupu apapun itu akan selalu berpenampilan sempurna dalam keadaan apapun. Sejauh apapun kecurigaanmu padaku, saya akan terlihat biasa-biasa saja, bahkan sekalipun kau dengan sengaja memancingku jujur, saya akan tetap terlihat seperti biasanya. Sekalipun pada kenyataannya saya sangatlah gugup saat matamu melirik kepadaku.

Ada satu hal ingin sekali kulakukan tapi tak pernah satu kalipun terwujud. Saya ingin melukismu dari sudut yang paling bahagia di dalam hidupmu. Kemudian mengabadikan lukisan itu di dinding tersunyi dari kehidupanku sekalipun. Tapi itu mustahil bagi seekor kupu-kupu maka saya putuskan akan memandangi wajahmu di tiap-tiap hari di sudut pagi yang paling sunyi. Melukis dagu lancipmu, juga pipi halusmu. Rambut panjangmu, dan hidung mungilmu yang membujur diantara alismu yang tipis.

Sebagai manusia saya sangat pemalu. Untuk menatap wajahmu saja saya sangat malu. Apalagi bicara denganmu. Apalagi membicarakan hal-hal yang paling abu-abu dari kecantikanmu. Dan itu berat, jauh lebih berat dari kemiskinan yang kuhadapi saat ini. Memang beberapa kali kita saling berhadapan dan saling berbicara soal sayur mayur yang hendak kau beli. Kita juga selalu saling menyapa saat kita berpapasan walau saat itu kita tidak sedang dalam posisi sebagai penjual dan pembeli. Terus terang saja saat kita saling bertatapan saya seperti ingin kabur dari tatapan matamu yang tajam itu.

Untung saja saya bisa berubah menjadi seekor kupu-kupu. Dengan menjadi kupu-kupu, saya tidak perlu malu. Setiap pagi, siang, dan sore hari saya bisa datang menemuimu. Lalu hinggap di pucuk bunga kamboja di samping rumahmu untuk menatapmu dari jauh. Menatap wajahmu sampai puas. Memuji-muji kecantikanmu. Bahkan mangatakan bahwa aku mencintaimu. No Problemkalau kau tidak mendengarnya. Saya tidak perlu jawaban sedikitpun. Bagiku, mencintaimu tidak membutuhkan jawaban apapun. Bahkan satu patah kata dari mulutmu untuk menjawabnya itu tidak perlu. Mencintaimu dengan keadaan yang seperti ini adalah keadilan. Suatu usaha untuk meletakkan posisi keadilan pada tempatnya, karena seekor kupu-kupu kecil tidak akan setimbang dengan seorang perempuan cantik sepertimu.

Lantas orang-orang akan mengataiku tolol?, itu urusan lain. Yang jelas bagiku cinta selalu punya timbangan. Apalagi hanya soal jawaban cinta semata. Hal itu tidak akan pernah berarti apa-apa pada setumpuk perasaan yang punya timbangan untuk menentukan baik dan buruk, benar dan salah. Saya ingin mencintaimu seperti ini saja. Sebagai seekor kupu-kupu yang tidak punya daya dan upaya. Mungkin Itu jauh lebih berperasaan bagiku.

Soal timbangan berat itu !?, Bukankah cinta selama ini tumbuh tidak di dalam ruang yang hampa!?. Bukankah cinta tumbuh dari hati yang terus menerus diisi dengan kekaguman, kerinduan, dan kesamaan !?. Dan kenyataannya, kita tidak diciptakan sama dengan seluruh perasaan-perasaan itu.

Silakan lanjutkan aktivitasmu! dan saya juga melanjutkan seluruh perasaanku.

Lupakan soal perasaan-perasaan itu agar kau bebas menyapu halaman saat aku sibuk mengepakkan sayap, terbang berputar-putar di atas bunga-bungamu, lalu pindah ke atas dahan pohon mangga. Silahkan tetap menyirami bunga saat aku bertengger di sana. Tetaplah melukis sketsa, tetaplah dengan kehidupanmu, tetaplah dengan ketidaktahuanmu tentang perasaanku. Sehingga ketika aku bebas hinggap di kelopak bunga manapun sambil memandangimu. 

Aku tidak pernah melihat kau menangis. Dan lebih baik jangan pernah menangis. Saya tidak sanggup melihat air mata mengubah keindahan bolamatamu yang putih itu menjadi kelabu. Kau boleh lakukan apa saja asalkan jangan bersedih. Itu teramat berat. Sayang jika air mata itu menghapus senyumanmu yang indah. Kau lebih pantas terus tersenyum ketimbang menangis.

Tapi mungkin pula, nanti, akan ada seseorang yang mengunjungimu dan menemanimu mengobrol di teras rumah, sambil menyatakan kata-kata maaf padamu sehingga kau akan semakin menitikkan air mata. Saya tidak tahu apa yang kalian bicarakan tapi kalian masih saja saling mengalirkan air mata. Sepertinya kalian sedang saling menyesali suatu keadaan. Sebuah kenangan yang terjebak di dalam masa lalu kalian. 

BAGAIMANA KALAU SAYA MENJADI KUPU-KUPU SAJA ?

Kira-kira, bagaimana kalau saya menjadi kupu-kupu saja?

Menjadi kupu-kupu yang bebas terbang. Melihatmu. Menengokmu. Menjengukmu. Menyapamu, walaupun tidak dengan sapaan mesra. Saya datang ke halaman rumahmu. Terbang kesana kemari, melompat dari ranting-ranting bunga ke ranting-ranting bunga yang lainnya di taman rumahmu. Hanya kadang-kadang aku akan lebih banyak hinggap di bunga Kamboja tua yang rimbun di samping rumahmu. Yang ranting-rantingnya menjulur ke depan jendela kamarmu. Akan ada satu-dua-tiga kupu-kupu yang datang menemaniku dan kau tidak tahu kupu-kupu mana yang lebih sering datang ke hadapan kamarmu. 

Akan ada suatu hari yang tidak akan pernah kau perkirakan, ketika saya datang ke hadapanmu. Jika tak bisa memasuki kamarmu maka saya akan terbang kesana kemari mengitari jendela sambil bernyanyi lembut, dengan lirik lagu paling dahsyat yang bisa membuatmu jatuh cinta. Tapi kau tidak bisa mendengarkan suaraku. Dan itu jauh lebih baik. Karena itulah aku lebih memilih menjadi kupu-kupu ketimbang menjadi burung gereja yang suaranya dapat kau dengarkan. Di sudut kamar berwarna merah mudamu kau menikmati mimpi-mimpimu, menatap langit-langit kamarmu sambil memikirkan sesuatu yang entah apa yang bisa membuatmu tersenyum sangat manis saat itu.

Baiklah, tanpa perlu menunggu kesepakatanmu maka sekarang saya telah benar-benar menjadi kupu-kupu putih dengan bintik-bintik kuning di sayapku. Seekor kupu-kupu dengan perpaduan warna yang satu kalipun tidak pernah kau lihat sepanjang hidupmu. Pertama kali saya datang sebagai seekor kupu-kupu kau sedang duduk menghadap keluar jendela, menatap langit nan luas, menatap sawah-sawah hijau yang membentang jauh di hadapanmu. Kau memilih menikmati pemandangan-pmandangan itu sambil memikirkan sesuatu yang entah itu apa. Padahal saat itu saya sudah terbang kesana kemari, melompat dari pucuk ke pucuk, mencari-cari perhatian tapi kau tak bergeming, kau tidak bisa diganggu. Khayalanmu lebih penting dari seekor kupu-kupu yang baru saja datang. 

Aku hinggap di pucuk bunga Kamboja di samping kamarmu. Berdiam diri. Menatapmu lirih, menunggu waktu yang tepat untuk menyapamu, sehingga kau meyadari kehadiranku. Tiba-tiba rambutmu tersapu sepoi, saat itu kau nampak sangat seksi. Saya sepertinya ingin melompat ke atas kepalamu, menjadi mahkota untukmu, sampai kau nampak seperti seorang putri. Tapi saya fikir itu keputusan yang tidak tepat, maka aku lebih memilih diam di tempatku. Memilih untuk tidak merusak suasana. Memilih untuk memandangi seorang gadis yang meskipun tidak mengenakan mahkota sudah terlihat sangat cantik. 

Sebetulnya, saya sudah lama tahu dengan kegemaranmu merawat bunga-bunga sejak saya seringkali lewat di depan rumahmu sebagai tukang sayuran. Setiap pagi kau menyirami bunga-bunga di halaman rumahmu tapi saya tidak pernah dengan sengaja berteriak agar kau tidak menyadariku. Kau pun tidak perlu membeli jualanku, saya lebih memilih mendekatimu sebagai seekor kupu-kupu agar saya lebih lama memandangimu dari jarak yang paling dekat. Dari sudut yang paling nyaman menikmati senyumanmu. Saya kan melompat ke pucuk anggrek Cathaleya favoritmu, lalu kau melihatku dan akan mejulurkan tanganmu kepadaku, berharap saya akan tengger diatas jemarimu. Saya sadar bahwa kesempatan itu tidak akan pernah saya dapatkan jika menjadi seorang manusia.

Kita bertemu lagi pada sore harinya. Kau duduk di teras rumah melukis sketsa taman yang paling indah di dalam kepalamu. Memadukannya dengan keadaan bunga-bunga di halaman rumahmu. Kau akan lebih bersamangat jika salah satu kelopak dari bunga-bunga milikmu telah mekar. Di sanalah kesempatanku beraksi, berusaha hadir sebagai seekor kupu-kupu yang mampu menghidupkan lukisanmu. Saya akan berpose dengan gaya yang paling keren, dengan model yang paling atraktif, atau akan mengambil posisi sudut yang paling tepat di dalamnya. Ketika kau menemukan sesuatu yang sulit untuk kau lukiskan, kau akan mengerutkan keningmu yang lebar itu. Dan ketika kau puas dengan lukisanmu, kau akan tersenyum. 

Andai saja tiba-tiba kau tahu bahwa itu saya, bisa saja aku akan mati kutu kehilangan gaya saat itu juga, meski aku sendiri belum tahu bagaimana gaya terburuk dari seekor kupu-kupu yang sedang mati kutu. Yang kutahu, seekor kupu-kupu apapun itu akan selalu berpenampilan sempurna dalam keadaan apapun. Sejauh apapun kecurigaanmu padaku, saya akan terlihat biasa-biasa saja, bahkan sekalipun kau dengan sengaja memancingku jujur, saya akan tetap terlihat seperti biasanya. Sekalipun pada kenyataannya saya sangatlah gugup saat matamu melirik kepadaku.

Ada satu hal ingin sekali kulakukan tapi tak pernah satu kalipun terwujud. Saya ingin melukismu dari sudut yang paling bahagia di dalam hidupmu. Kemudian mengabadikan lukisan itu di dinding tersunyi dari kehidupanku sekalipun. Tapi itu mustahil bagi seekor kupu-kupu maka saya putuskan akan memandangi wajahmu di tiap-tiap hari di sudut pagi yang paling sunyi. Melukis dagu lancipmu, juga pipi halusmu. Rambut panjangmu, dan hidung mungilmu yang membujur diantara alismu yang tipis.

Sebagai manusia saya sangat pemalu. Untuk menatap wajahmu saja saya sangat malu. Apalagi bicara denganmu. Apalagi membicarakan hal-hal yang paling abu-abu dari kecantikanmu. Dan itu berat, jauh lebih berat dari kemiskinan yang kuhadapi saat ini. Memang beberapa kali kita saling berhadapan dan saling berbicara soal sayur mayur yang hendak kau beli. Kita juga selalu saling menyapa saat kita berpapasan walau saat itu kita tidak sedang dalam posisi sebagai penjual dan pembeli. Terus terang saja saat kita saling bertatapan saya seperti ingin kabur dari tatapan matamu yang tajam itu.

Untung saja saya bisa berubah menjadi seekor kupu-kupu. Dengan menjadi kupu-kupu, saya tidak perlu malu. Setiap pagi, siang, dan sore hari saya bisa datang menemuimu. Lalu hinggap di pucuk bunga kamboja di samping rumahmu untuk menatapmu dari jauh. Menatap wajahmu sampai puas. Memuji-muji kecantikanmu. Bahkan mangatakan bahwa aku mencintaimu. No Problemkalau kau tidak mendengarnya. Saya tidak perlu jawaban sedikitpun. Bagiku, mencintaimu tidak membutuhkan jawaban apapun. Bahkan satu patah kata dari mulutmu untuk menjawabnya itu tidak perlu. Mencintaimu dengan keadaan yang seperti ini adalah keadilan. Suatu usaha untuk meletakkan posisi keadilan pada tempatnya, karena seekor kupu-kupu kecil tidak akan setimbang dengan seorang perempuan cantik sepertimu.

Lantas orang-orang akan mengataiku tolol?, itu urusan lain. Yang jelas bagiku cinta selalu punya timbangan. Apalagi hanya soal jawaban cinta semata. Hal itu tidak akan pernah berarti apa-apa pada setumpuk perasaan yang punya timbangan untuk menentukan baik dan buruk, benar dan salah. Saya ingin mencintaimu seperti ini saja. Sebagai seekor kupu-kupu yang tidak punya daya dan upaya. Mungkin Itu jauh lebih berperasaan bagiku.

Soal timbangan berat itu !?, Bukankah cinta selama ini tumbuh tidak di dalam ruang yang hampa!?. Bukankah cinta tumbuh dari hati yang terus menerus diisi dengan kekaguman, kerinduan, dan kesamaan !?. Dan kenyataannya, kita tidak diciptakan sama dengan seluruh perasaan-perasaan itu.

Silakan lanjutkan aktivitasmu! dan saya juga melanjutkan seluruh perasaanku.

Lupakan soal perasaan-perasaan itu agar kau bebas menyapu halaman saat aku sibuk mengepakkan sayap, terbang berputar-putar di atas bunga-bungamu, lalu pindah ke atas dahan pohon mangga. Silahkan tetap menyirami bunga saat aku bertengger di sana. Tetaplah melukis sketsa, tetaplah dengan kehidupanmu, tetaplah dengan ketidaktahuanmu tentang perasaanku. Sehingga ketika aku bebas hinggap di kelopak bunga manapun sambil memandangimu. 

Aku tidak pernah melihat kau menangis. Dan lebih baik jangan pernah menangis. Saya tidak sanggup melihat air mata mengubah keindahan bolamatamu yang putih itu menjadi kelabu. Kau boleh lakukan apa saja asalkan jangan bersedih. Itu teramat berat. Sayang jika air mata itu menghapus senyumanmu yang indah. Kau lebih pantas terus tersenyum ketimbang menangis.

Tapi mungkin pula, nanti, akan ada seseorang yang mengunjungimu dan menemanimu mengobrol di teras rumah, sambil menyatakan kata-kata maaf padamu sehingga kau akan semakin menitikkan air mata. Saya tidak tahu apa yang kalian bicarakan tapi kalian masih saja saling mengalirkan air mata. Sepertinya kalian sedang saling menyesali suatu keadaan. Sebuah kenangan yang terjebak di dalam masa lalu kalian.