Kebahagiaan sebagai
kesehatan mental yang terasosiasi lewat kebersamaan dengan orang lain (Johana,
2008).
Setiap orang ingin bahagia, ingin
hidup senang, ingin semua harapan-harapannya terwujud, ingin mendapatkan
sahabat-kawan-dan-lingkungan yang sehat. Singkatnya, kebahagiaan adalah
kebutuhan yang selalu ingin diraih oleh setiap manusia dalam setiap nafas
langkahnya. Kebahagiaan merupakan dasar pijakan manusia bertindak, berfikir dan
berinteraksi dalam kurun panjang hidupnya. Kebahagiaan adalah salah satu
variabel penting dalam mengukur sehat mental seseorang, orang yang bahagia dan
selalu punya motif meraih kebahagiaan dalam riset (Johana,2008) diberikan
predikat sebagai individu yang sehat. Ukuran itu tentunya seirama dengan
ungkapan “dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat”, diksi kuatnya
adalah bahwa tuk tahu seseorang sehat adalah pada intensi seseorang tertawa,
tersenyum, berfikir positif, dan beberapa perilaku simbolik lainnya yang positif.
Kebahagian adalah tujuan dan bukanlah usaha, karena usahalah yang mewujudkan
(melahirkan) kebahagiaan. Pertanyaan dasarnya adalah bagaimanakah kebahagiaan
itu diraih ?.
Dalam menjawab pertanyaan diatas saya
berangkat dari kisah aku dan sahabatku. Pengalaman ini menurutku menarik dan
penuh makna, dalam hal ini sebagai model belajar untuk saya dalam meregulasi
diri pada konteks proses pengintegrasian pengalaman, pengamatan, dan
kebersamaan yang pernah kami lalui dalam mewujudkan kebahagian kolektif antara
kami. sadar tidak sadar sesungguhnya
pengintegrasian antara ketiga elemen tersebut memberi sumbangsih besar dalam
membangun diriku utamanya dalam aspek kongruensi konsepsi persahabatan yang
kuanut dengan aktifitas-aktifitas ke-bersahabat-an kami dulu, sekarang, dan
yang akan datang. Tak bisa dipungkiri bahwa seperdua dari keseluruhan hidup
yang saya telah lewati adalah hasil karya yang telah dia buat. Seperti lukisan
yang indah yang dibuat oleh banyak orang, dia adalah salah satu pelukisnya.
Peran sentralnya sebagai salah satu pelukis adalah memberi warna keceriaan. corak
makna ceria, bahagia, dan rasa damai pada lukisan tersebut merupakan goresan
yang tulus sehingga setiap yang melihatnya merasakan sensasi ceria dan bahagia.
Dia kawanku (asmar) memberi banyak makna dan nilai dalam perjalanan hidupku
selama ini. Dia telah memberi makna lewat kenangan, pengalaman, dan pencapaian-pencapaian
kebahagiaan yang kami raih bersama.
Sepanjang jalan kenangan yang kami
telah lewati, esensinya adalah kebahagiaan. Walaupun disatu hal yang lain, kami
terkadang harus melewatinya dengan terbanting oleh kerasnya pukulan hidup yang
penuh tantangan tapi kawanku asmar adalah sosok tangguh yang berdaya lenting.
Dia punya prinsip, prinsipnya mengakar jauh dalam jiwanya, mendasar menjadi
tekad yang kokoh. Daya lenting adalah daya yang dimiliki oleh seseorang sebagai
bentuk usaha meretas problem yang menerpa untuk bangkit kembali atau seringkali
disebut dengan istilah Resiliensi.
Itulah dia, kawanku itu punya daya Resiliensi
pada setiap kejatuhan/kegalalan yang dia alami. Kegagalan baginya bukanlah
musuh yang harus dia perangi dan bunuh melainkan kegagalan baginya adalah
perwujudan kelemahan strategi dan taktis hidup sehingga setiap dia gagal dalam
melakukan sesuatu maka dia akan kembali, mencoba menakar usaha dan upaya yang
telah dia lakukan, kelemahannya akan dia gantikan dengan pencaharian solusi
menutupinya dengan ide-ide dan strategi yang berbeda guna meraih tujuan
perjuangannya tersebut. Seringkali dia harus bertaruh dengan harga dirinya,
berjudi mempertaruhkan prinsipnya dalam meraih asa bahagianya dan kebahagiaan
orang-orang terdekatnya (khususnya).
Sangat sulit menemukan sosok
sepertinya, menemukan kawan yang setiap saat hadir baik suka maupun duka. Terus
terang, dia kubentuk seperti Xiao Po dalam cerita film Kung fu panda sebagai
pendekar terakhir yang punya tugas menjaga dan membasmi kejahatan. Tugas suci
yang dibebankan pada dirinya berasal dari sebuah titah sang dhiyang biksu suci
kura-kura tuk mencari si pendekar terakhir, diutuslah salah satu murid bernama
Tiger untuk mencari mereka, tapi sebelum si Tiger (murid perguruan) berangkat
justru gulungan yang didalamnya berisi titah sang biksu terpental jauh tertukar
dengan gulungan lain yang bentuknya mirip, gulungan palsu itu berisikan namanya
dan nama kawan-kawannya yang lain yang kelak akan menjadi sahabatnya dalam
memikul berat tugas yang diembannya sebagai pendekar terakhir. Apa yang dapat
kita petik dalam cerita Kung fu Panda ini adalah tentang nilai kebersamaan,
persahabatan, dan kebijaksanaan bahwa hidup yang penuh tanggung jawab tak perlu
dijadikan sebagai beban melainkan dijadikan sebagai takaran kebermaknaan diri
bahwa kita masih ada dan orang lain memikulkan amanah sebagai tanda mereka membutuhkan
kita. Pelajaran lain yang dapat kita tangkap bahwa takdir itu ada sekalipun tak
nyata, dari seseorang yang tidak tahu sedikitpun tentang kung fu kemudian
didaulat sebagai seorang ksatria terakhir, dilain sisi takdir lain yang
betul-betul nyata adalah ketika mereka berempat menjadi satu kelompok berasal
dari sebuah kecelakaan prosedural kecerobohan Tiger dengan tertukarnya tanpa
sengaja gulungan yang berisi nama-nama kesatria yang asli tapi takdirlah yang
menunjuknya sebagai seorang kesatria, bukan gulungan dari gurunya. Disanalah
takdir bekerja, kebersamaan kami sebagai sahabat adalah kehendak takdir yang
tak bisa kami tolak atau ubah.
Flash back sedikit tentang perjumpaan
kami dimulai sejak 8 tahun silam (tahun 2008) pada Masa Penerimaan Mahasiswa
Baru di Universitas Negeri Makassar, kami bertemu dalam ketidak-sengajaan yang
sama, tepat dibawah pohon mangga depan Gedung Auditorium Amannagappa kami
berkenalan, moment perkenalan kami tak begitu spesial, seperti halnya momen
perkenalan biasa. Dia (Asmar) menyebut namanya samar-samar dengan senyum manis,
sesungguhnya tak begitu penting bagiku mengenalnya saat itu, namanya hanya
kuingat saat dia menyebutnya sesaat kemudian saya sudah lupakan, tak ada alasan
bagiku mengingat-ingat namanya, dia tak gagah, kulitnya hitam, wajahnya yang
kusam sebagai wajah produk kampung adalah sintesa keyakinanku bahwa memang dia tak
penting tuk saya kenal, sumpah... Daun pohon mangga yang bergoyang waktu itu
jadi saksi bisu. Takdir pun telah bekerja dalam keterbatasan kami, Kami tak
bisa menolak ajakan takdir yang sejak lama menunggu kami melangkah ke bawah
pohon tepat di tempat, waktu dan momentum
yang sama yang pada akhirnya mempertemukan kami berdua.
Kembali pada cerita Xiao Po (si
Panda), Sungguh bijaksana sosoknya karena Xiao Po (si Pendekar Panda) selalu
ceria dan bahagia meskipun dalam jiwanya terjadi perang dahsyat antara ego
superioritasnya dan inferioritasnya. Sebagai sosok yang telah didaulat sebagai
Pendekar terakhir oleh dunia tentunya akan sangat mengangkat harga dirinya
menjadi superior tapi dilain sisi ego inferioritasnya sebagai biksu yang taat
menjadi lawan yang tangguh, seiring berjalannya waktu dia berhasil membunuh ego
superiotas itu dan mengirimnya ke nereka, transisi diri yang superior ke diri
yang inferior bukanlah tanpa proses dan upaya yang mendalam melainkan dia harus
melakukan perjalanan panjang kembali meremind
diri dalam kelompok asalnya di bukit panda, belajar tentang pola hidup panda
yang sejati, cara makan ala panda, serta nilai-nilai yang dianut oleh nenek
moyangnya selama ini. Dalam konteks teori Psiko Analitik Carl Gustav Jung
inilah yang disebut dengan Arkhetipe.
Arkhetipe adalah kesadaran bersama
yang dimiliki saat ini yang merupakan warisan peninggalan nenek moyang yang
terafiliasi menjadi komponen individuasi. Proses pengungkapan kolektifitas
kesadaran kolektif tersebut didapatkan melalui mimpi, pengingatan kembali, dan
proses Peak Experience. Xiao Po telah
menemukan dirinya, mendapatkan persona-nya
sebagai individu yang utuh yang terikat dengan masa lalunya dan masa lalu
komunitasnya. Seperti itulah Asmar, pada sosoknya yang selalu tersenyum manis,
jiwanya adalah medan perang ego-nya. Sekalipun
demikian dia selalu ada dalam keadaan apapun itu. Hadir sebagai pahlawan yang
menawarkan ide dan jurus-jurus retorika. Kemampuan itu saya fikir bukanlah hal yang
tak berdasar melainkan hasil kalkulasi fisikal dalam Causal Theory's (sebab
selalu melahirkan akibat). Kecerdasan dan kepiawaiannya bukanlah tanpa usaha
dan kerja keras melainkan dia dapatkan dengan proses panjang melalui refleksi,
belajar, dan mungkin dengan peak
experience. Kami sering terlibat dalam diskusi-diskusi, belajar bersama,
serta menjadi anggota dalam komunitas (Organisasi) yang sama. Sosoknya tak lagi
asing bagiku sebab intensi kebersamaan yang kami rajut setiap saat. Sedikit
banyaknya kebiasaan yang dia lakukan pun saya tahu. Namun bagaimanapun
kedekatan kami tetap dia menyimpan rahasia dalam dirinya sama halnya dengan
manusia biasa. sampai hari ini banyak hal yang menjadi tanya bagiku
diantaranya; setiap pagi dia selalu mengusap-usap matanya 3 kali, sebelum tidur
dia melipat tangannya menghadap keatas, mulutnya kumat-kamit tapi tak bersuara
seakan sedang membaca mantra-mantra sakti, setiap mandi butuh kelipatan waktu 3
kali dari ranges waktu mandiku (lama mandi
normal), dan sering kali dia menyendiri, menepi dari keramaian, kenapa...?????,
apakah ada hubungannya dengan teori Jung diatas..????, mungkin itu adalah peak Experience, entahlah, tapi kuyakin
dibalik kebijaksanaan, kecerdasannya, dan persona-nya
terdapat pengaruh dari aktifatitas yang sering kali dia lakukan itu.
Begitulah deskripsi singkat tentang
karakter dirinya (Asmar) yang tidak jauh beda dengan tokoh Xiao Po dalam film
Kung Fu Panda. Sosok yang ceria, cerdas, mistikus dan misterius, serta haus
akan tantangan dalam mewujudkan kebahagian diri dan kebahagiaan kolektif orang
sekitarnya. Namun, dibalik kekagumanku tentang dia terdapat satu hal yang tak
dapat kutolerir yakni ketidak-pekaannya akan cinta pendampingan hidupnya, selama
kumengenalnya dia tak pernah memiliki pendamping hidup (konteksnya dipahami
saja). Banyak yang telah mencoba merayu dan “menyadarkannya” tentang
nilai-nilai hubungan bersama seorang perempuan, tapi selalu dia sangkali dengan
satu jawaban singkat sekaligus sebagai Closing
Statement karena selepas dia menjawabnya maka kita akan terdiam bisu tanpa
kata lagi menerka makna, jawaban tersebut yaitu “itulah saya, saya bukanlah
pemikat...!!”, Sebagai seorang yang cerdas dan bijaksana tentunya jawaban yang
dia katakan itu menyiratkan makna, mari kita coba bedah jawaban tersebut. Sosok
seorang Asmar adalah sosok muda yang berkarakter berasal dari Kabupaten
Bulukumba, salah satu kabupaten yang punya tali historis yang panjang,
kabupaten yang didiami oleh dua kelompok etnik yang saling berbaur dan terikat
dalam satu visi pandangan yang sama, etnis tersebut adalah etnis bugis yang
tersebar dibagian utaranya dan etnis Konjo-Makassar yang tersebar di belahan
selatan, dia (Asmar) adalah hasil produk kawin-mawin antar etnik tersebut
sehingga boleh dikata sosoknya merepresentasi keterikatan dua karakter yang
menyatu dalam dirinya, tuk mengukur karakter koleftifnya (persona berdasarkan arkhetipus)
tentu menjadi pekerjaan yang sulit,
sehingga persepsi kearifannya pun sedikit tersedimensi lewat penguatan kultur
yang terakultarasi dalam dirinya. Afirmasi tentang 3 cappa’ (cappa’ lila-ujung
lidah, Cappa’ Badik/ujung badik, dan Cappa’ Las..-ujung kelamin) pun dalam
sistem genealoginya sulit untuk ditebak sekalipun disatu sisi persepsi sistem
geneologi antara bugis dan makassar sangatlah dekat dalam sisi konten dan
konteks. 3 cappa’ merupakan pendekatan ekspansi yang dipakai oleh suku
bugis-makassar terkait perebutan pengaruh dan kekuasaan. Dari hasil pengamatan
dan pengalaman empirik selama bersahabat dengannya, dia (Asmar) lebih terkonsentrasi
pada satu aspek yakni pada pendekatan Cappa’ Lila (ujung lidah) baginya sensasi
kebahagiaannya ada pada lidahnya yang menjadi kata-kata, kalimat-kalimat penuh
romansa dan estitik, ucapan-ucapannya mengalun bak harum bunga yang tertiup
sepoi, sekalipun hatinya kering dengan cinta, cinta pada wanita hanya dia
asosiakan pada ibu dan neneknya, tak ada yang lain, sekalipun ada banyak
perempuan yang mencobak menjebaknya dalam jeratan rasa tersebut tapi pada
akhirnya dia (Asmar) tetaplah menjadi dirinya. Menurutnya bahagia tak begitu
penting mendapatkannya melalui hawa (perempuan), dia tak ingin seperti Adam
yang terikat oleh Hawa, ataupun Majnun yang digilakan oleh Laila, atau tak
ingin seromantis Romeo karna baginya kebahagian cinta akan datang pada masanya
sendiri, dia tak ingin terjerat ataupun menjerat, memikat ataupun terpikat, “biarkan
cinta datang dan mempertemukan kedua hati yang tak saling menghamba, takdir
akan berkehendak dengan kuasanya sendiri”. Sangat filosofis dan sufistik
ungkapannya, inilah yang seringkali membuat kita tercengang kadang-kadang jika
tiba-tiba dia mulai melidahkan buah fikirannya apalagi terkait tentang Romantik Linguistic.
Kita salut dengan keteguhan hatinya,
memegang prinsipnya yang kokoh tentang pandangannya pada dunia, utamanya
perihal yang terkait dengan “perempuan”, tapi sekokoh-kokohnya gunung berdiri
suatu ketika akan meletus juga, itu adalah hukum Cosmic yang tak bisa dihindari, sekokoh-kokohnya hati seorang Asmar
pasti pernah akan luluh juga pada seorang perempuan. Suatu ketika diantara
malam yang tak begitu larut kami tercengang mendengar kabar-berita bahwa dia
sedang sangat bahagia perihal jatuh cinta dan telah mengungkapkan cintanya pada
seorang wanita. Wanita cantik yang ‘mungkin’ hanya wanita tersebut yang mampu
meruntuhkan tembok prinsip yang pernah dia bangun, peristiwa ini menjadi
momentum yang anomalik karna dia yang dulunya sangatlah menghargai prinsipnya
sekarang harus dia taruh dengan pengalaman yang baru yaitu menjalin jalinan
kasih bersama seorang wanita pujaan hatinya, prinsip “cinta alami” telah dia
ingkari pada saat itu juga. Sangat dahsyat pesona wanita ini sampai-sampai
mampu menenggelamkan prinsipnya kedalam liang kuburnya sendiri. Tapi entahlah
mungkin ada peristiwa takdir yang tak mampu kita lihat didalamnya. Wanita ini
menggelonggongkan perasaannya menjadi tak karuan, kami pun melihatnya sedikit
beda pada hari-harinya kala itu. Sosok yang begitu ceria, periang, dan sosialis
(berbaur dalam diskusi) kini seringkali berdiam diri, menyudut dikamar gelap
fikirannya, terkungkung dalam dingin mencari sapaan yang indah pada sosok
wanita yang dia cintai, kini dia tak lagi sering mengusap-usap matanya, lebih
banyak diam dan berfantasi menuju puncak kebahagiaannya sendiri. Sekarang,
baginya wanitanya adalah satu diantara alasan dia harus bertahan hidup, setiap
hembusan nafasnya hanya nama wanita itu yang dia hirup, kami memaklumi itu
karena itu adalah pengalaman awal dia merasakan sengatan semut cinta. Cinta
pertama memang begitu indah bagi setiap orang, tapi apakah itu akan bertahan
lama dan menjadi cinta terakhir..????, hanya dia dan wanita itu yang mampu
menjawab pertanyaan tersebut.
Selepas waktu berlalu, hari begitu
cepat melompat, setelah bulan-bulan berjalan tiba-tiba kami mendengar berita
yang memilukan bahwa dia harus terpisah dalam status yang sama dengan wanita
yang dia cintai, entah seperti apa kisah selanjutnya tapi kuyakin dia (Asmar)
masih tetap sebagai dirinya dahulu yang punya resiliensi (daya lenting dari trauma dan masalah) yang kuat,
pandangannya pada cinta semoga masih tetap sama bahwa biarkan cinta datang
dengan caranya sendiri, beri ruang pada takdirnya memulainya kemudian hidup
abadi dalam jiwa, dan kita akan jalani kebahagiaan bersama kelak.... abadi.

