Selasa, 05 April 2016

SAWAKUNG BERSATU MENUJU KEMAJUAN


Selintas muncul dalam ingatan tentang sebuah kampung kecil disudut Kabupaten Takalar sekitar 2 jam dengan kecepatan 40km/jam perjalanan dari kota makassar kearah selatan, menyisir jalan raya yang membujur jauh dari tepian pantai Galesong. Sangat mudah menemukannya, cukup berjalan terus ke arah selatan mengikuti arah jalan raya, jalan kan membawa kita pada satu desa disebut Bontokassi sampai menemukan lapangan H. Ince Bossa Dg Toto yang merupakan satu-satunya lapangan disepanjang jalan poros borombong-galesong yang terletak ditepi kanan jalan, cukup temukan itu maka sebentar lagi kita kan sampai tepat dibatas desa. Desa tersebut tidak dibelah oleh jalan poros sehingga perlu membelokkan kendaraan ke kiri setelah menemukan lapangan tepat di pertigaan terdapat bendungan kecil dari Irigasi sawah petani, sekaligus irigasi tersebutlah yang akan jadi penuntun tuk sampai tepat di gerbang Desa Sawakung.
Desa Sawakung adalah salah satu desa di Kabupaten Takalar, bagian dari salah satu kecamatan hasil pemekaran kecamatan galesong selatan dengan kecamatan galesong. desa sawakung masuk dalam bagian teritori Kecamatan Galesong-selatan yang berada tepat disisi timur wilayah kecamatan, bersisian langsung dengan Kecamatan Bontonompo selatan Kabupaten Gowa. Kampung yang dikelilingi oleh rentang persawahan yang luas membentang di setiap sisinya ini memiliki Penduduk yang mayoritas berprofesi sebagai petani,  semua sisi hidup masyarakat digantungkan dari raupan hasil sawah yang ditanami 3 kali setahun. dimusim penghujan ditanami padi, dimusim kemarau ditanami tanaman palawija yang beragam, dan dimusim pancaroba masyarakat menanam secara heterogen (antara padi dan palawija).
Desa sawakung pada mulanya adalah bagian dari desa bontokassi yang di mekarkan pada tahun 1991-1990. Kepala desa pertama adalah Mustafa Daeng Nai selama 2 tahun bertindak sebagai pelaksana tugas dalam tahapan peralihan dari Desa Bontokassi menjadi Desa Sawakung berstatus sebagai desa defenitif. Dalam tahapan peralihan tersebut pejabat sementara bertugas mempersiapkan seluruh perangkat desa, termasuk mempersiapkan ritual pemilihan kepala desa. Dan yang terpilih mendapat mandat pertama dari rakyat memimpin Desa Sawakung dalam pilkades tersebut adalah Muhammad Tahir Daeng Ngewa yang menjabat sebagai Kepala desa selama kurang lebih 11 tahun 6 bulan masa bakti, diteruskan oleh Abdul kadir Daeng Ronrong 2 periode masa jabatan selama 11 tahun. Sehingga untuk masa sekarang ini desa sawakung telah berumur kurang lebih 24 tahun sebagai desa hasil pemekaran dari Desa Bontokassi. Pada usia ini dalam periode perkembangan manusia menurut Eric Erikson, Desa Sawakung telah sampai pada tahap tugas perkembangan dewasa muda. Manusia dewasa adalah individu yang sudah mampu berdikari dan menentukan sikap sendiri, mandiri, dan membangun karakter sebagai satu entitas masyarakat yang punya tujuan dan cita-cita yang harus dia raih.
Pengalaman panjang yang telah dilalui oleh Desa Sawakung selama 24 tahun merupakan bagian penting dalam melihat capaian dan kemajuan yang telah diraihnya. Peralihan kepemimpinan dari masa ke masa dengan karakter kepemimpinan yang berbeda-beda menjadi faktor utama dalam mengukur sejauh mana masyarakat Sawakung membangun diri. setiap pergantian kepemimpinan (kepala desa) yang memiliki pola kepemimpinan yang berbeda akan menjadi pengetahuan sekaligus experience yang terinternalisasi menjadi karakter (budi) masyarakat. Karena kepala desa merupakan model simbolis yang selalu dicitrakan oleh masyarakat desanya, dia (kepala desa) punya peranan membentuk watak serta keperibadian masyarakat.
Sawakung, di umurnya yang 24 tahun bukan lagi anak-anak yang masih berusaha merangkak dan berdiri melainkan lebih jauh dari itu sudah haruslah berlari dan mampu melompat tinggi. Optimisme tersebut bukanlah ecapan mulut semata, justru akan mampu terealisasi dengan bekal kekayaan potensi sumber daya dan bangunan kultur yang dimilikinya. Dengan pengkawinan sumber daya (alam dan manusia) dengan local wisdomnya (kearifan) yang diwariskan dari masa lampau sampai hari ini akan jadi aspek demografi yang berperan penting dalam melaju dan melompat maju, tentunya dengan konsep tata kelola pemerintahan yang baik dan terbuka. Sehingga prospek jangka panjang Sawakung menjadi desa yang maju bukanlah sekedar harapan semata bahkan menjadi bentuk afirmasi kemajuan bagi masyarakatnya yang berkeadaban.
Potensi Sumber daya pertanian Desa Sawakung akan menjadi senjata utama dalam meraih cita-cita kesejahteraan ketika dikelola dengan cerdas dan dengan menggunakan sistem management yang baik. Dengan menitik beratkan perhatian pada pola management irigasi lahan pertanian yang merata dan pengembangan tata kelola sistem persawahan yang baik akan berdampak langsung pada pencapaian swasembada yang melimpah kerena problem utama dari tipe persawahan irigasi adalah ketergantungan terhadap pasokan air dari irigasi. Akan tetapi aplikasi management pengairan tersebut juga perlu dibarengi dengan upaya pengorganisasian dan pengembangan sumber daya masyarakat (petani) dengan langkah preventif memperkaya pemahaman masyarakat tentang bertani yang kontekstual, pencegahan hama, dan sistem mobilisasi hasil tani.
Aspek lain yang dimiliki Sawakung adalah potensi sumber daya pemuda. Pemuda memiliki daya imajinasi tinggi, karakter bulding yang kuat, dan semangat yang menggelora maka potensi dan peranannya sangatlah strategis. Dengan keterlibatan pemuda dalam mengawal pemerintah desa tentu menjadi poin penting dalam percepatan kemajuan yang diidam-idamkan karena sinergi pemuda dengan pemerintah desa akan mencerminkan pola pemerintahan yang berjalan dinamis dan terus aktif ibarat sebuah mesin pemuda adalah mesinnya dan pemerintah desa sebagai bahan bakarnya, dimana mesin akan bekerja jika pemenuhan akan bahan bakarnya terus tersedia. Dengan modal semangat, imajinasi, dan karakter pemuda yang kuat itulah yang menjadi mesin pacu dalam percepatan kemajuan dengan langkah pemerintah desa menyediakan wadah dalam pengembangan kreatifitas pemuda desa. Sampai jadilah Sawakung sebagai sebuah lokomotif yang melaju kencang. Ekspectasi  keterlibatan pemuda sawakung ikut aktif dalam pembangunan desa akan tidak berjalan maksimal tanpa upaya menilik potensi yang dimilikinya dengan mendistribusikan kemampuan (bakat dan minat)  yang dimiliki masing-masing pemuda dalam berbagai segmen sasaran pengembangan yang berbeda. Dan tentunya itu akan menjadi daya tarik dalam upaya pengaktifan pemuda di Desa Sawakung.
Pemuda dan masyarakat adalah reprentasi sumber daya manusia, sedangkan pertanian adalah representasi sumber daya alam. Kedua sumber daya tersebut merupakan perangkat utama yang harus terus digerakkan secara beriringan. Karna langkah upaya pengembangan dan pengorganisiran sumber daya alam yang kaya itu tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Sehingga cita-cita kemajuan itu akan menjadi nyata dan tampak dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat desa. Titik baliknya adalah sejauh mana kemajuan yang dicapai itu akan mampu dipertahankan jauh kedepan, jangan sampai kemajuan yang dirasakan hanya bersifat sementara dan tidak berjalan lama, ataukah hanya sebatas kemajuan musiman. Kita tak boleh pesimis ataupun menggelengkan kepala dengan mengatakan tidak bisa. Karena pada dasarnya masyarakat Sawakung punya fondasi kuat yang telah mengakar menjadi prinsip dalam diri tentang pentingnya menjadi maju dan berkembang yaitu Prinsip Siri’ na Pacce. Karena prinsip siri’ sejatinya merupakan defensif mecanism (alat pertahanan diri) bagi masyarakat makassar tak terkecuali Sawakung. Malu ketika terjajah belanda, malu jika kalah dengan orang (dalam aspek yang positif), malu jika tidak bersatu, pemuda malu ketika hanya berdiam diri dan berpangku tangan, dan lain-lain. Hanya saja belakangan ini internalisasi nilai dan prinsip tersebut telah mengalami degradasi bahkan kehilangan subtansi menjadi malu ketika bersatu, malu ketika maju, atau malu ketika dinasehati/diingatkan, dan lain-lain. Dengan menjaga dan mengembalikan subtansi nilai kearifan yang dimiliki tersebut maka akan menjadi sawakung yang berkarakter dan mampu mempertahankan laju kemajuan yang akan dan telah raih. sebut saja prinsip budaya siri na pacce, a’bulo sibatang accera’ sitongka-tongka, sipakatau-sipakalabbiri’ adalah fondasi kuat dalam bangunan kemajuan yang telah atau dan akan dibangun.
      Prinsip budaya diatas menjadi entitas yang tak terpisahkan satu sama lain. Sipa’siriiki na si-paccei adalah sumbu utamanya karena siri’ na pacce adalah nilai yang terasosiasikan sebagai defensif mecanism sekaligus progressif powering dan pemersatu. Dengan siri’ yang diuraikan dalam berbagai unsur makna-nilai diantaranya harga diri (rasa malu) akan pentingnya menjadi pintar (cara’de’), rendah diri, jujur (lambusu’), dan berani (barani) serta rasa empati kekeluargaan (pacce) akan melahirkan prinsip a’bulo sibatang sicera’ sitongka-tongka (satu darah satu kebersamaan) dan interaksi masyarakat yang sipakainga’-sipakalabbiri’ (saling mengingatkan dan saling memuliakan) dalam hal kemajuan bersama. Sampailah kita pada sebuah kesimpulan bahwa dengan progresifitas nilai-nilai siri’ na pacce yang tertanam dalam jiwa masyarakat Sawakung tersebut akan menjawab tantangan degradasi (kemunduran) dari kemajuan yang telah dicapai oleh pemuda dan pemerintah desa yang saling bersinergi (bersatu). Maka dari itu mari ki’ semua ber-satu untuk kemajuan Sawakung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar