Selintas
muncul dalam ingatan tentang sebuah kampung kecil disudut Kabupaten Takalar sekitar
2 jam dengan kecepatan 40km/jam perjalanan dari kota makassar kearah selatan, menyisir
jalan raya yang membujur jauh dari tepian pantai Galesong. Sangat mudah
menemukannya, cukup berjalan terus ke arah selatan mengikuti arah jalan raya,
jalan kan membawa kita pada satu desa disebut Bontokassi sampai menemukan lapangan
H. Ince Bossa Dg Toto yang merupakan satu-satunya lapangan disepanjang jalan
poros borombong-galesong yang terletak ditepi kanan jalan, cukup temukan itu
maka sebentar lagi kita kan sampai tepat dibatas desa. Desa tersebut tidak
dibelah oleh jalan poros sehingga perlu membelokkan kendaraan ke kiri setelah
menemukan lapangan tepat di pertigaan terdapat bendungan kecil dari Irigasi
sawah petani, sekaligus irigasi tersebutlah yang akan jadi penuntun tuk sampai
tepat di gerbang Desa Sawakung.
Desa
Sawakung adalah salah satu desa di Kabupaten Takalar, bagian dari salah satu
kecamatan hasil pemekaran kecamatan galesong selatan dengan kecamatan galesong.
desa sawakung masuk dalam bagian teritori Kecamatan Galesong-selatan yang berada
tepat disisi timur wilayah kecamatan, bersisian langsung dengan Kecamatan
Bontonompo selatan Kabupaten Gowa. Kampung yang dikelilingi oleh rentang
persawahan yang luas membentang di setiap sisinya ini memiliki Penduduk yang
mayoritas berprofesi sebagai petani, semua sisi hidup masyarakat digantungkan dari raupan
hasil sawah yang ditanami 3 kali setahun. dimusim penghujan ditanami padi,
dimusim kemarau ditanami tanaman palawija yang beragam, dan dimusim pancaroba masyarakat
menanam secara heterogen (antara padi dan palawija).
Desa
sawakung pada mulanya adalah bagian dari desa bontokassi yang di mekarkan pada
tahun 1991-1990. Kepala desa pertama adalah Mustafa Daeng Nai selama 2 tahun
bertindak sebagai pelaksana tugas dalam tahapan peralihan dari Desa Bontokassi
menjadi Desa Sawakung berstatus sebagai desa defenitif. Dalam tahapan peralihan
tersebut pejabat sementara bertugas mempersiapkan seluruh perangkat desa,
termasuk mempersiapkan ritual pemilihan kepala desa. Dan yang terpilih mendapat
mandat pertama dari rakyat memimpin Desa Sawakung dalam pilkades tersebut adalah
Muhammad Tahir Daeng Ngewa yang menjabat sebagai Kepala desa selama kurang
lebih 11 tahun 6 bulan masa bakti, diteruskan oleh Abdul kadir Daeng Ronrong 2
periode masa jabatan selama 11 tahun. Sehingga untuk masa sekarang ini desa sawakung
telah berumur kurang lebih 24 tahun sebagai desa hasil pemekaran dari Desa Bontokassi.
Pada usia ini dalam periode perkembangan manusia menurut Eric Erikson, Desa Sawakung
telah sampai pada tahap tugas perkembangan dewasa muda. Manusia dewasa adalah
individu yang sudah mampu berdikari dan menentukan sikap sendiri, mandiri, dan
membangun karakter sebagai satu entitas masyarakat yang punya tujuan dan
cita-cita yang harus dia raih.
Pengalaman
panjang yang telah dilalui oleh Desa Sawakung selama 24 tahun merupakan bagian penting
dalam melihat capaian dan kemajuan yang telah diraihnya. Peralihan kepemimpinan
dari masa ke masa dengan karakter kepemimpinan yang berbeda-beda menjadi faktor
utama dalam mengukur sejauh mana masyarakat Sawakung membangun diri. setiap
pergantian kepemimpinan (kepala desa) yang memiliki pola kepemimpinan yang
berbeda akan menjadi pengetahuan sekaligus experience yang terinternalisasi
menjadi karakter (budi) masyarakat. Karena kepala desa merupakan model simbolis
yang selalu dicitrakan oleh masyarakat desanya, dia (kepala desa) punya peranan
membentuk watak serta keperibadian masyarakat.
Sawakung,
di umurnya yang 24 tahun bukan lagi anak-anak yang masih berusaha merangkak dan
berdiri melainkan lebih jauh dari itu sudah haruslah berlari dan mampu melompat
tinggi. Optimisme tersebut bukanlah ecapan mulut semata, justru akan mampu terealisasi
dengan bekal kekayaan potensi sumber daya dan bangunan kultur yang dimilikinya.
Dengan pengkawinan sumber daya (alam dan manusia) dengan local wisdomnya
(kearifan) yang diwariskan dari masa lampau sampai hari ini akan jadi aspek demografi
yang berperan penting dalam melaju dan melompat maju, tentunya dengan konsep
tata kelola pemerintahan yang baik dan terbuka. Sehingga prospek jangka panjang
Sawakung menjadi desa yang maju bukanlah sekedar harapan semata bahkan menjadi
bentuk afirmasi kemajuan bagi masyarakatnya yang berkeadaban.
Potensi
Sumber daya pertanian Desa Sawakung akan menjadi senjata utama dalam meraih cita-cita
kesejahteraan ketika dikelola dengan cerdas dan dengan menggunakan sistem
management yang baik. Dengan menitik beratkan perhatian pada pola management
irigasi lahan pertanian yang merata dan pengembangan tata kelola sistem
persawahan yang baik akan berdampak langsung pada pencapaian swasembada yang
melimpah kerena problem utama dari tipe persawahan irigasi adalah ketergantungan
terhadap pasokan air dari irigasi. Akan tetapi aplikasi management pengairan tersebut
juga perlu dibarengi dengan upaya pengorganisasian dan pengembangan sumber daya
masyarakat (petani) dengan langkah preventif memperkaya pemahaman masyarakat
tentang bertani yang kontekstual, pencegahan hama, dan sistem mobilisasi hasil
tani.
Aspek
lain yang dimiliki Sawakung adalah potensi sumber daya pemuda. Pemuda memiliki
daya imajinasi tinggi, karakter bulding yang kuat, dan semangat yang menggelora
maka potensi dan peranannya sangatlah strategis. Dengan keterlibatan pemuda
dalam mengawal pemerintah desa tentu menjadi poin penting dalam percepatan
kemajuan yang diidam-idamkan karena sinergi pemuda dengan pemerintah desa akan
mencerminkan pola pemerintahan yang berjalan dinamis dan terus aktif ibarat
sebuah mesin pemuda adalah mesinnya dan pemerintah desa sebagai bahan bakarnya,
dimana mesin akan bekerja jika pemenuhan akan bahan bakarnya terus tersedia. Dengan
modal semangat, imajinasi, dan karakter pemuda yang kuat itulah yang menjadi
mesin pacu dalam percepatan kemajuan dengan langkah pemerintah desa menyediakan
wadah dalam pengembangan kreatifitas pemuda desa. Sampai jadilah Sawakung
sebagai sebuah lokomotif yang melaju kencang. Ekspectasi keterlibatan pemuda sawakung ikut aktif dalam
pembangunan desa akan tidak berjalan maksimal tanpa upaya menilik potensi yang
dimilikinya dengan mendistribusikan kemampuan (bakat dan minat) yang dimiliki masing-masing pemuda dalam
berbagai segmen sasaran pengembangan yang berbeda. Dan tentunya itu akan
menjadi daya tarik dalam upaya pengaktifan pemuda di Desa Sawakung.
Pemuda
dan masyarakat adalah reprentasi sumber daya manusia, sedangkan pertanian
adalah representasi sumber daya alam. Kedua sumber daya tersebut merupakan
perangkat utama yang harus terus digerakkan secara beriringan. Karna langkah
upaya pengembangan dan pengorganisiran sumber daya alam yang kaya itu tentunya
membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Sehingga cita-cita
kemajuan itu akan menjadi nyata dan tampak dirasakan oleh seluruh elemen
masyarakat desa. Titik baliknya adalah sejauh mana kemajuan yang dicapai itu
akan mampu dipertahankan jauh kedepan, jangan sampai kemajuan yang dirasakan
hanya bersifat sementara dan tidak berjalan lama, ataukah hanya sebatas
kemajuan musiman. Kita tak boleh pesimis ataupun menggelengkan kepala
dengan mengatakan tidak bisa. Karena pada dasarnya masyarakat Sawakung punya fondasi
kuat yang telah mengakar menjadi prinsip dalam diri tentang pentingnya menjadi
maju dan berkembang yaitu Prinsip Siri’
na Pacce. Karena prinsip siri’
sejatinya merupakan defensif mecanism
(alat pertahanan diri) bagi masyarakat makassar tak terkecuali Sawakung. Malu ketika
terjajah belanda, malu jika kalah dengan orang (dalam aspek yang positif), malu
jika tidak bersatu, pemuda malu ketika hanya berdiam diri dan berpangku tangan,
dan lain-lain. Hanya saja belakangan ini internalisasi nilai dan prinsip
tersebut telah mengalami degradasi bahkan kehilangan subtansi menjadi malu
ketika bersatu, malu ketika maju, atau malu ketika dinasehati/diingatkan, dan
lain-lain. Dengan menjaga dan mengembalikan subtansi nilai kearifan yang
dimiliki tersebut maka akan menjadi sawakung yang berkarakter dan mampu mempertahankan
laju kemajuan yang akan dan telah raih. sebut saja prinsip budaya siri na pacce, a’bulo sibatang accera’ sitongka-tongka,
sipakatau-sipakalabbiri’ adalah fondasi kuat dalam bangunan kemajuan yang
telah atau dan akan dibangun.
Prinsip budaya diatas menjadi entitas yang tak terpisahkan satu sama lain. Sipa’siriiki na si-paccei adalah sumbu utamanya karena siri’ na pacce adalah nilai yang terasosiasikan sebagai defensif mecanism sekaligus progressif powering dan pemersatu. Dengan siri’ yang diuraikan dalam berbagai unsur makna-nilai diantaranya harga diri (rasa malu) akan pentingnya menjadi pintar (cara’de’), rendah diri, jujur (lambusu’), dan berani (barani) serta rasa empati kekeluargaan (pacce) akan melahirkan prinsip a’bulo sibatang sicera’ sitongka-tongka (satu darah satu kebersamaan) dan interaksi masyarakat yang sipakainga’-sipakalabbiri’ (saling mengingatkan dan saling memuliakan) dalam hal kemajuan bersama. Sampailah kita pada sebuah kesimpulan bahwa dengan progresifitas nilai-nilai siri’ na pacce yang tertanam dalam jiwa masyarakat Sawakung tersebut akan menjawab tantangan degradasi (kemunduran) dari kemajuan yang telah dicapai oleh pemuda dan pemerintah desa yang saling bersinergi (bersatu). Maka dari itu mari ki’ semua ber-satu untuk kemajuan Sawakung...
Prinsip budaya diatas menjadi entitas yang tak terpisahkan satu sama lain. Sipa’siriiki na si-paccei adalah sumbu utamanya karena siri’ na pacce adalah nilai yang terasosiasikan sebagai defensif mecanism sekaligus progressif powering dan pemersatu. Dengan siri’ yang diuraikan dalam berbagai unsur makna-nilai diantaranya harga diri (rasa malu) akan pentingnya menjadi pintar (cara’de’), rendah diri, jujur (lambusu’), dan berani (barani) serta rasa empati kekeluargaan (pacce) akan melahirkan prinsip a’bulo sibatang sicera’ sitongka-tongka (satu darah satu kebersamaan) dan interaksi masyarakat yang sipakainga’-sipakalabbiri’ (saling mengingatkan dan saling memuliakan) dalam hal kemajuan bersama. Sampailah kita pada sebuah kesimpulan bahwa dengan progresifitas nilai-nilai siri’ na pacce yang tertanam dalam jiwa masyarakat Sawakung tersebut akan menjawab tantangan degradasi (kemunduran) dari kemajuan yang telah dicapai oleh pemuda dan pemerintah desa yang saling bersinergi (bersatu). Maka dari itu mari ki’ semua ber-satu untuk kemajuan Sawakung...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar